Kisah Hikmah : Wahai Suami, Ketika Marah Kepada Istrimu, Pandangilah Dia Saat Tidur

tribunbaru.blogspot.com - “Assalaamu’alaikum…!” Ucapnya lirih saat memasuki rumah.

Tak ada orang yg menjawab salamnya. Ia tahu istri dan anak-anaknya pasti sudah tidur. Biar malaikat yg menjawab salamku,” begitu pikirnya. Melewati ruang tamu yg temaram, dia menuju ruang kerjanya. Diletakkannya tas, ponsel dan kunci-kunci di meja kerja. Setelah itu, barulah ia menuju kamar mandi utk membersihkan diri dan berganti pakaian.


Sejauh ini, tak ada satu orang pun anggota keluarga yg terbangun. Rupanya semua tertidur pulas. Segera ia beranjak menuju kamar tidur. Pelan-pelan dibukanya pintu kamar, ia tak ingin mengganggu tidur istrinya.

Benar saja istrinya tak terbangun, tak menyadari kehadirannya. Kemudian Azam duduk di pinggir tempat tidur. Dipandanginya dlm-dlm wajah Aminah, istrinya. Azam segera teringat perkataan almarhum kakeknya, dulu sebelum dia menikah.
.
Kakeknya mengatakan, "Jika kamu sudah menikah nanti, jangan berharap kamu punya istri yg sama persis dgn maumu. Karena kamupun juga tak sama persis dgn maunya. Jangan pula berharap mempunyai istri yg punya karakter sama seperti dirimu. Karena suami istri adalah dua orang yg berbeda. Bukan utk disamakan tapi utk saling melengkapi. Jika suatu saat ada yg tak berkenan di hatimu, atau kamu merasa jengkel, marah, dan perasaan tak enak yg lainnya, maka lihatlah ketika istrimu tidur.... "
.
“Kenapa Kek, kok waktu dia tidur?” tanya Azam kala itu.
“Nanti kamu akan tahu sendiri,” jawab kakeknya singkat.

Waktu itu, Azam tak sepenuhnya memahami maksud kakeknya, tapi ia tak bertanya lebih lanjut, karena kakeknya sudah mengisyaratkan utk membuktikannya sendiri.

Malam ini, ia baru mulai memahaminya. Malam ini, ia menatap wajah istrinya lekat-lekat. Semakin lama dipandangi wajah istrinya, semakin membuncah perasaan di dadanya. Wajah polos istrinya saat tidur benar-benar membuatnya terkesima. Raut muka tanpa polesan, tanpa ekspresi, tanpa kepura-puraan, tanpa dibuat-buat. Pancaran tulus dari kalbu. Memandaginya menyeruakkan berbagai macam perasaan.

Ada rasa sayang, cinta, kasihan, haru, penuh harap dan entah... Ada rasa sayang, cinta, kasihan, haru, penuh harap dan entah perasaan apa lagi yg tak bisa ia gambarkan dgn kata-kata.
Dalam batin, dia bergumam, “Wahai istriku, engkau dulu seorang gadis yg leluasa beraktifitas, banyak hal yg bisa kau perbuat dgn kemampuanmu. Aku yg menjadikanmu seorang istri. Menambahkan kewajiban yg tak sedikit. Memberikanmu banyak batasan, mengaturmu dgn banyak aturan. Dan aku pula yg menjadikanmu seorang ibu. Menimpakan tanggung jawab yg tak ringan. Mengambil hampir semua waktumu utk aku dan anak-anakku.

Wahai istriku, engkau yg dulu bisa melenggang kemanapun tanpa beban, aku yg memberikan beban di tanganmu, dipundakmu, utk mengurus keperluanku, guna merawat anak-anakku, juga memelihara rumahku. Kau relakan waktu dan tenagamu melayaniku dan menyiapkan keperluanku. Kau ikhlaskan rahimmu utk mengandung anak-anakku, kau tanggalkan segala atributmu utk menjadi pengasuh anak-anakku, kau buang egomu utk menaatiku, kau campakkan perasaanmu utk mematuhiku.

Wahai istriku, dikala susah, kau setia mendampingiku. Ketika sulit, kau tegar di sampingku. Saat sedih, kau pelipur laraku. Dalam lesu, kau penyemangat jiwaku. Bila gundah, kau penyejuk hatiku. Kala bimbang, kau penguat tekadku. Jika lupa, kau yg mengingatkanku. Ketika salah, kau yg menasehatiku.

Wahai istriku, telah sekian lama engkau mendampingiku, kehadiranmu membuatku menjadi sempurna sebagai laki-laki. Lalu, atas dasar apa aku harus kecewa padamu?

Dengan alasan apa aku perlu marah padamu?

Andai kau punya kesalahan atau kekurangan, semuanya itu tak cukup bagiku utk membuatmu menitikkan airmata. Akulah yg harus membimbingmu. Aku adalah imammu, jika kau melakukan kesalahan, akulah yg harus dipersalahkan karena tak mampu mengarahkanmu. Jika ada kekurangan pada dirimu, itu bukanlah hal yg perlu dijadikan masalah. Karena kau insan, bukan malaikat.

Maafkan aku istriku, kaupun akan kumaafkan jika punya kesalahan. Mari kita bersama-sama utk membawa bahtera rumahtangga ini hingga berlabuh di surga nan indah, dgn hamparan keridhoan Allah SWT. Segala puji hanya utk Allah SWT yg telah memberikanmu sebagai jodohku.” [tribunbaru.blogspot.com]

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Hikmah : Wahai Suami, Ketika Marah Kepada Istrimu, Pandangilah Dia Saat Tidur"

Posting Komentar