Perjuangan Gadis Nyoman Asih, Tiap Hari Jalan Kaki 3 Jam ke Sekolah, Tempuh Bukitan Terjal Gelap
Waktu menunjukkan pukul 05.00 Wita, kabut pun masih menutupi Banjar Madya, Desa Trunyan, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali.
Namun gadis berusia 19 tahun itu sudah bersiap dengan seragam sekolahnya.
Ni Nyoman Kariasih tetap melangkah menapaki jalan berbukit menuju sekolahnya di Desa Tianyar Tengah, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem.
Untuk mencapai sekolah, Asih sapaannya harus jalan kaki sejauh 15 kilometer dengan waktu tempuh sekitar tiga jam.
“Sampai di sekolah pukul 08.00 Wita. Pergi pulang ya jadinya 30 kilometer, waktunya enam jam,” ujar siswa SMK Nusa Dua Toya Anyar itu saat dijumpai Tribun Bali di sekolahnya, Sabtu (7/1/2017).
Perjuangan Asih menuju sekolahnya terbilang berat.
Ia harus melewati jalan setapak, menanjak dan gelap hanya seorang diri.
Kendati demikian, siswa kelas X jurusan tata boga itu mengaku tidak memiliki rasa takut.
Ini ia lakukan semata untuk menimba ilmu.
Perjalanan gadis berkulit sawo matang itu dalam menempuh pendidikan diuji saat kabut menutup pandangannya.
Curamnya jurang dilewatinya perlahan penuh kesabaran dan keteguhan hati. Ini sudah ia lakukan sejak tujuh bulan lalu.
“Selesai sembhayang trisandnya baru saya tiba. Tiap hari pasti telat sampai ke sekolah karena lama di jalan,” ujarnya.
Anak ketiga pasangan I Nyoman Sirat dan Ni Ketut Citra dipaksa keadaan.
Hanya satu hal yang menguatkan anak petani ini, yaitu tekad yang besar untuk menempa ilmu pengetahuan demi membanggakan kedua orangtuanya.
“Saya tidak memiliki sepeda motor. Tapi saya ingin sekolah dan membanggakan orangtua. Saya mohon pemerintah segera membangun SMA atau SMK di Trunyan agar warga kami bisa sekolah. Perbaiki jalan Bangli-Karangasem juga,” tuturnya.
Kepala Sekolah SMK Nusa Dua Toya Anyar, I Gede Putu Suardana menceritakan, Asih adalah gadis yang sangat gigih.
Suardana mengaku sudah pernah meminta Asih agar tinggal di rumahnya. Namun ia menolak.
Jarak tempuh yang cukup jauh membuatnya kelelahan.
Ia sering terlambat masuk kelas.
Asih sering melewati pelajaran pertama karena masih di jalan.
Setibanya di sekolah, badannya tampak bercucurkan keringat, ia kelelahan.
Semangat Asih mendapat ancungan jempol dari guru-gurnya.
Bagi Suardana, Asih adalah siswa pintar.
“Dia gigih, semangat untuk belajar sangat besar. Bayangkan, jalan sepanjang 30 kilometer pergi pulang dilalui hanya seorang diri. Semoga pemerintah segera perbaiki akses dan memberikan beasiswa kepada Asih,” harapnya. (*)
Namun gadis berusia 19 tahun itu sudah bersiap dengan seragam sekolahnya.
Ni Nyoman Kariasih tetap melangkah menapaki jalan berbukit menuju sekolahnya di Desa Tianyar Tengah, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem.
Untuk mencapai sekolah, Asih sapaannya harus jalan kaki sejauh 15 kilometer dengan waktu tempuh sekitar tiga jam.
“Sampai di sekolah pukul 08.00 Wita. Pergi pulang ya jadinya 30 kilometer, waktunya enam jam,” ujar siswa SMK Nusa Dua Toya Anyar itu saat dijumpai Tribun Bali di sekolahnya, Sabtu (7/1/2017).
Perjuangan Asih menuju sekolahnya terbilang berat.
Ia harus melewati jalan setapak, menanjak dan gelap hanya seorang diri.
Kendati demikian, siswa kelas X jurusan tata boga itu mengaku tidak memiliki rasa takut.
Ini ia lakukan semata untuk menimba ilmu.
Perjalanan gadis berkulit sawo matang itu dalam menempuh pendidikan diuji saat kabut menutup pandangannya.
Curamnya jurang dilewatinya perlahan penuh kesabaran dan keteguhan hati. Ini sudah ia lakukan sejak tujuh bulan lalu.
“Selesai sembhayang trisandnya baru saya tiba. Tiap hari pasti telat sampai ke sekolah karena lama di jalan,” ujarnya.
Anak ketiga pasangan I Nyoman Sirat dan Ni Ketut Citra dipaksa keadaan.
Hanya satu hal yang menguatkan anak petani ini, yaitu tekad yang besar untuk menempa ilmu pengetahuan demi membanggakan kedua orangtuanya.
“Saya tidak memiliki sepeda motor. Tapi saya ingin sekolah dan membanggakan orangtua. Saya mohon pemerintah segera membangun SMA atau SMK di Trunyan agar warga kami bisa sekolah. Perbaiki jalan Bangli-Karangasem juga,” tuturnya.
Kepala Sekolah SMK Nusa Dua Toya Anyar, I Gede Putu Suardana menceritakan, Asih adalah gadis yang sangat gigih.
Suardana mengaku sudah pernah meminta Asih agar tinggal di rumahnya. Namun ia menolak.
Jarak tempuh yang cukup jauh membuatnya kelelahan.
Ia sering terlambat masuk kelas.
Asih sering melewati pelajaran pertama karena masih di jalan.
Setibanya di sekolah, badannya tampak bercucurkan keringat, ia kelelahan.
Semangat Asih mendapat ancungan jempol dari guru-gurnya.
Bagi Suardana, Asih adalah siswa pintar.
“Dia gigih, semangat untuk belajar sangat besar. Bayangkan, jalan sepanjang 30 kilometer pergi pulang dilalui hanya seorang diri. Semoga pemerintah segera perbaiki akses dan memberikan beasiswa kepada Asih,” harapnya. (*)
0 Response to "Perjuangan Gadis Nyoman Asih, Tiap Hari Jalan Kaki 3 Jam ke Sekolah, Tempuh Bukitan Terjal Gelap "
Posting Komentar